BANDUNG, MELESAT – Scoot, maskapai penerbangan anak perusahaan Singapore Airlines (SIA), mengumumkan survei terkait tren solo travel. Survei ini dilaksanakan oleh YouGov dilakukan terhadap lebih dari 5.000 responden di lima negara di kawasan Asia-Pasifik (APAC), termasuk lebih dari 1.000 responden dari Indonesia.
Solo Travel Muncul Sebagai Pilihan Utama
Cara masyarakat bepergian telah banyak berubah selama bertahun-tahun. Dulu dianggap sebagai kegiatan yang eksklusif, kini solo travel semakin menjadi gaya hidup umum bagi wisatawan Indonesia.
Hampir tujuh dari 10 orang Indonesia (68% responden dari Indonesia) melakukan solo travel dalam setahun terakhir, dan mayoritas responden (92%) berencana melakukannya dalam 12 bulan ke depan.
Kelompok milenial berada di garis depan perubahan ini, dengan proporsi 41% dari para wisatawan solo travel saat ini maupun yang berencana melakukan solo travel, sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata negara di kawasan Asia-Pasifik (40%).
Di Indonesia, 94% responden menyatakan akan merekomendasikan solo travel kepada orang lain. Sebanyak 49% para wisatawan solo travel dari Indonesia menyebut kebebasan dan fleksibilitas dalam menyusun rencana perjalanan sebagai motivasi utama mereka. Sementara 46% responden berpandangan bahwa solo travel merupakan kesempatan untuk beristirahat. Sebanyak 43% responden juga mengapresiasi kemandirian dalam menjelajah tempat-tempat baru sesuai ritme mereka sendiri.
“Walaupun hasil survei ini tidak menggambarkan berkurangnya minat terhadap wisata kelompok atau keluarga, cara kita bepergian kini mencerminkan ekspresi individualitas. Hasil survei Scoot memberikan gambaran tentang perilaku, motivasi, preferensi, dan harapan segmen wisatawan solo travel yang sedang berkembang saat ini,” ujar Agatha Yap, Director of Marketing, Communications & Loyalty, Scoot dalam rilisnya Rabu 30 Juli 2025.
Dengan jaringan luas Scoot, khususnya di kawasan Asia-Pasifik, pihaknya antusias berperan membuka akses ke destinasi yang paling diminati maupun yang belum banyak dijelajahiwisatawan.
“Memberdayakan lebih banyak wisatawan—baik individu maupun grup—agar dapat menjelajahi dunia dengan lebih percaya diri dan penuh semangat,” tambahnya.
Riset dan Perencanaan Jadi Prioritas Utama Wisatawan Solo Travel
Survei Scoot mengungkapkan, wisatawan solo travel sangat intensional dalam pendekatannya. Sebanyak 96% responden menyatakan mereka melakukan perencanaan sebelum berangkat.
Di luar pemesanan tiket pesawat, prioritas utama bagi lebih dari separuh wisatawan solo travel ini mencakup pengelolaan anggaran (52%), pemilihan akomodasi (51%), dan pertimbangan keamanan (50%).
Mereka sangat mengandalkan agensi-agensi perjalanan daring (OTA) untuk membantu mereka mengambil keputusan terkait penerbangan, akomodasi, dan transportasi darat. Untuk rekomendasi kuliner dan aktivitas, media sosial menjadi kanal utama pencarian.
Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Australia adalah Daftar Wisata Teratas
Walaupun eksplorasi destinasi dalam negeri tetap menjadi pilihan populer bagi para wisatawan solo travel Indonesia dalam 12 bulan ke depan, survei ini juga mengungkap bahwa Jepang (42%), Singapura (26%), Korea Selatan (21%), dan Australia (21%) dianggap sebagai destinasi internasional teratas solo travel tahun depan.
Pilihan ini mencerminkan minat terhadap budaya yang dinamis, pelarian ke alam, dan kenyamanan yang familiar, tergambar dalam jenis solo travel paling populer: retret alam (43%), liburan pantai (42%), pengalaman budaya dan sejarah (41%), serta city breaks (liburan singkat untuk menjelajahi kota) (39%), dan wisata belanja (39%).
Mayoritas wisatawan solo travel (43%) lebih suka melakukan perjalanan antara empat hingga tujuh hari—cukup lama untuk mencari pengalaman bermakna, namun cukup waktu bagi mereka yang memiliki jadwal padat.
Sebagian besar wisatawan solo travel berada dalam kisaran pengeluaran kelas menengah, yaitu US$201 (sekitar Rp 3,4 juta) hingga US$999 (sekitar Rp 16,4 juta) per kategori perjalanan, mencakup tiket penerbangan, akomodasi, dan makanan.
Untuk berpergian destinasi wisata, responden dari Indonesia terus memprioritaskan opsi perjalanan udara yang terjangkau, dengan lebih dari setengah responden (53%) memilih kelas ekonomi dan satu dari lima responden (22%) memilih maskapai penerbangan berbiaya rendah.
Hal ini menggarisbawahi pentingnya solusi yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan sebagai pendorong utama bagi mereka yang menjelajahi dunia sendiri. ***