BANDUNG, MELESAT – Sekolah Pranikah yang di gagas Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jawa Barat melalui kegiatan training of trainer (ToT), diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang ketahanan keluarga. Sehingga angka perceraian di Jawa-Barat dapat ditekan.
“Pinjol dan judol ini memicu keretakan rumah tangga dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Jabar menempati peringkat kedua nasional untuk kasus perceraian akibat KDRT dengan 653 kasus dari 7.243 kasus nasional,” jelas Kepala DP3AKB Jawa Barat Siska Gerfianti usai membuka ToT secara virtual bagi petugas lini lapangan dan fasilitator pembinaan perkawinan (Binwin) Kementerian Agama (Kemenag) RI.
Dikatakan, Jabar merupakan wilayah dengan populasi penduduk terbesar di Indonesia, yaitu 50,3 juta jiwa atau 17,82 persen dari total populasi Indonesia.
“Tingginya jumlah penduduk turut menyumbang pada berbagai permasalahan keluarga, termasuk angka perceraian,” ucapnya.
Menurutnya, pinjol dan judol memicu keretakan rumah tangga dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
“Jawa Barat juga menempati peringkat kedua secara nasional untuk kasus perceraian akibat KDRT dengan 653 kasus dari 7.243 kasus nasional,” tambahnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024, kasus perceraian di Jawa Barat mencapai 88.837 kasus. Angka ini tertinggi secara nasional.
Faktor utama meliputi perselisihan dan pertengkaran terus menerus (51.122 kasus), masalah ekonomi (33.264 kasus), dan meninggalkan salah satu pihak (2.781 kasus).
“ToT ini diperuntukkan bagi fasilitator atau trainer bimbingan perkawinan, petugas dinas, dan penyuluh yang kami yakini sebagai agen perubahan dalam pembangunan keluarga di Jawa Barat,” pungkasnya. ***