Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
FeaturedRagam

Wihaji Bangga, Prevalensi Stunting di Jabar 5,8 Persen

16
×

Wihaji Bangga, Prevalensi Stunting di Jabar 5,8 Persen

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

BANDUNG, MELESAT – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wihaji merasa bangga. Pasalnya prevalensi stunting Jabar sebesar 5,8 persen berhasil menurunkan prevalensi nasional dari 21,5 persen menjadi 19,8 persen. Ini kali pertama dalam sejarah prevalensi stunting Indonesia berada di bawah 20 persen.

“Jabar berpengaruh terhadap prevalensi stunting se-Indonesia. Prevalensi Jawa Barat sekarang sudah 15,9 persen. Jadi, di bawah rata-rata nasional. Semoga ini menjadi inspirasi dengan provinsi-provinsi lain,” papar Wihaji usai peluncuran Gerakan Sehat dan Atasi Stunting (Sehati) di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Selasa 18 Juni 2025.

Example 300x600

Gerakan Sehati lahir untuk mendukung program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) yang menjadi salah satu quick wins Kemendukbangga/ BKKBN.

“Kenapa Jawa Barat penting? Karena jumlah penduduk yang paling banyak di Indonesia Jawa Barat. Hampir 50 juta lebih warganya. Dari 284 juta penduduk Indonesia, paling banyak Jawa Barat. Kalau mau menyelesaikan stunting, maka urusi Jawa Barat. Insha Allah akan mengurangi se-Indonesia. Karena itu, saya hari ini ke Jawa Barat,” tandas Wihaji.

Adapun capaian 2024 sebesar 19,8 persen masih di bawah target nasional sebesar 18 persen.

Karena itu, Wihaji mengapresiasi keberhasilan Jawa Barat menurunkan prevalensi stunting dari 21,7 persen menjadi 15,9 persen. Penurunan ini berdampak besar pada penurunan prevalensi stunting secara nasional.

PT Perkebunan Nusantara 1 (PTPN 1) sendiri menjadi orang tua asuh bagi 200 keluarga berisiko stunting (KRS) di sekitar perkebunan.

“KRS yang akan dibantu adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan baduta atau KRS dalam periode 1000 hari pertama kehidupan. Kenapa baduta, karena setelah dua tahun kalau stunting susah disempurnakan. Tapi kalau aman (selama dua tahun), berarti ke depan aman,” terang Wihaji.

“Karena itulah hari ini saya bersama stakeholders, Pak Wakil Gubernur, Ibu Bupati Bandung, Pak Wakil Bupati, Pak Dirut, Pak Direktur bersama-sama untuk melakukan kerja pentahelix supaya nanti prevalensi stunting-nya zero,” pungkasnya. ***

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *